Komunikasi matematis
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu
yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di
lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi
tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus,
atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam
peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan
pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.
Melalui komunikasi, ide
matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif; cara berfikir siswa
dapat dipertajam; pertumbuhan pemahaman dapat diukur; pemikiran siswa dapat
dikonsolidasikan dan diorganisir; pengetahuan matematika dan pengembangan
masalah siswa dapat ditingkatkan; dan komunikasi matematika dapat dibentuk.
Sesuai dengan tingkatan atau jenjang pendidikan maka tingkat kemampuan
komunikasi matematika menjadi beragam. Komunikasi matematis sangat penting karena matematika tidak
hanya menjadi alat berfikir yang membantu siswa untuk mengembangkan pola,
menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan tetapi juga sebagai alat untuk
mengkomunikasikan pikiran, ide dan gagasan secara jelas, tepat dan singkat.
Namun, banyak dari peserta
didik belum mampu mengkomunikasikan bahasa matematika dengan baik, untuk itu
perlu adanya suatu model pembeljaran yang tepat dalam membantu peningkatan
kemampuan komunikasi matematika pesrta didik di lingkungan sekolah. Adapun
bentuk model pembelajaran yang dapat diaplikasikan yaitu Model pembelajaran AIR
(Auditory Intellectually Repetition).
Model pembelajaran AIR
(Auditory Intellectually Repetition)
adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa,
dimana siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi
maupun kelompok, dengan cara mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Menurut Herdian dalam wordpres.com model
pembelajaran AIR mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi
yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara
siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
Model pengajaran ini
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
Auditory, Intellectually dan Repetition sehingga dapat meningkatkan
penguasaan dan pengetahuan faktual siswa. Pencapaiannya dapat dilihat dari
hasil pembelajaran yang dilakukan siswa, yaitu tentang penguasaan isi akademik.
Model ini memiliki empat langkah atau tahapan, yaitu kegiatan pendahuluan,
pengembangan (penjelasan dan atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik),
penerapan dan kegiatan penutup.
Istilah
AIR diambil dari kependekan unsur-unsurnya yaitu Auditory, Intellectually dan
Repetition. Auditory adalah belajar dengan berbicara dan mendengarkan,
menyimak, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually
adalah belajar dengan berfikir untuk menyelesaikan masalah, kemampuan berfikir
perlu dilatih dengan latihan bernalar, menciptakan, memecahkan masalah,
mengkonstruksi dan menerapakan. Sedangkan Repetition merupakan pengulangan yang
bermakna mendalami, memantapkan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian
tugas atau kuis. Dengan adanya latihan dan pengulangan akan membantu proses
mengingat. Pengulangan yang dilakukan tidak berarti dilakukan dengan bentuk
pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang
bervariatif sehingga tidak membosankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar