Kamis, 14 Desember 2017

5 Model Pembelajaran Matematika

Pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta
didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode , dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Dalam pengertian lain, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Model pembelajaran dapat juga diartikan sebagai suatu cara, atau strategi atau rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang guru dalam suatu pembelajarannya dari awal sampai akhir, dalam mengantar peserta didik mencapai kompetensi tertentu.
Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Berikut, 5 macam model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran matematika, antara lain :
1.      Model Pembelajaran Matematika Realistik 
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari suatu pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan di Belanda dengan nama Realistic Mathematics Education (RME) yang artinya pendidikan matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Langkah-langkah di dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR, sebagai berikut.
1.Langkah pertama: memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut.
2.Langkah kedua: menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
3.Langkah ketiga: menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
4.Langkah keempat: membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5.Langkah kelima: menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

2.      Model pembelajaran Example non example
Model Example non Example adalah strategi pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. 
Example non example 
a. Materi: Bangun Datar (mengidentifikasi sifat bangun datar)  
b. Alasan: Di dalam materi bangun datar, materi yang disajikan terutama  adalah gambar-gambar 
dari bangun datar, sehingga cocok menggunakan model Examples Non Examples yang langkah 
langkah di dalamnya menyajikan gambar.  
c. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 
-Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 
-Guru menempelkan gambar di papan. 
-Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar 
-Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas 
-Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 
-Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai 
-Kesimpulan

3.      Model Pembelajaran Jigsaw
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. 
Menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw  sebagai berikut: 
>Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa. 
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda 
>Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
>Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
>Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
>Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
>Guru memberi evaluasi.
>Penutup  
Jigsaw 
a. Materi     : Mengubah Pecahan ke Bentuk Persen dan Desimal serta Sebaliknya 
b. Alasan    : Model ini meningkatkan kerjasama antar siswa, melibatkan semua siswa, dan bisa digunakan untuk soal hitungan pada matematika. 
c. Langkah-langkah : 
-Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim 
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, ada yang persen, pecahan, dan decimal. 
-Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 
-Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 
-Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh 
-Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 
-Guru memberi evaluasi
-Penutup 

4.      Model pembelajaran role playing
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : 
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
-Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
-Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
-Guru memberikan kesimpulan secara umum.
-Evaluasi.
-Penutup. 
Role Playing  
a.   Materi: Mata Uang / Jual Beli 
b.   Alasan: Praktik jual bel dapat diperagakan oleh siswa agar lebih mudah memahami.  
c.   Langkah-langkah :  
-Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan 
-Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm 
-Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 
-Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai 
-Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan 
-Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan 
-Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas 
-Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya 
-Guru memberikan kesimpulan secara umum 
-Evaluasi 
-Penutup  

5.      Model pembelajaran berdasarkan masalah 
Menurut Suherman (2003: 7) Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran. Gijselaers ( 1996) Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Berikut langkah-langkah PBM.
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
 
Pembelajaran Berdasarkan Masalah 
a. Materi     : Mengenal satuan waktu 
b. Alasan    : Menghitung waktu merupakan hal yang mudah. Dalam soal cerita, hal tersebut dapat menjadi masalah yang harus dipecahkan. Makanya dapat menggunakan model ini. 
c.   Langkah-langkah : 
-Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 
-Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
-Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 
-Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya 
-Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 
d. Contoh soal yang dapat diberikan : 

Bagas dan Soni berencana untuk makan di warung Pak Bimo dan pergi latihan softball bersama. Latihan softball dimulai pukul 10.00. Bagas memerlukan waktu ¾ jam untuk menjemput Soni dan pergi ke warung Pak Bimo dekat lokasi latihan softball. Untuk makan dan berjalan ke lokasi latihan diperlukan waktu 1 ¼ jam. Mereka ingin tiba di lokasi latihan 15 menit sebelum di mulai. Pukul berapa Bagas seharusnya meninggalkan rumahnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar