Kamis, 23 November 2017

IQ Jongkok Tanpa Matematika



Bukankah sudah menjadi dambaan tiap orang tua jika anaknya itu menjadi anak yang pintar, cerdas bahkan berbudi pekerti luhur. Kebanyakan dari anda pasti sering didoain, diharapkan, dipaksakan bahkan sampai diomelin sama orang tua agar menjadi orang yang pintar. Padahal menurut anda, usaha optimal demi meningkatkan kecerdasan bahkan kepintaran anda dengan bukti nilai belajar yang tinggi di sekolah sudah dilakukan dengan berbagai cara , dengan melakukan kopekologi misalnya begitu?

Jika usahanya dengan kopekologi, maka jelas prinsip kehidupan anda salah kaprah. Boro-boro jadi pintar perkara kopekan, kemungkinan mental anda justru semakin bobrok. Maka jelas sudah, IQ anda tidak akan pernah melewati tingkatan kecerdasan para ahli ilmuwan, Albert Einstein misalnya.
Salah satu penyebab, banyaknya kebobrokan jati diri peserta didik dalam belajar dan berfikir, dikarenakan kurangnya minat peserta didik mendalami ilmu matematika yang kerap dianggap mata pelajaran paling menyebalkan, dan mampu membuat asah fikiran mereka menjadi jenuh. Kejenuhan peserta didik seperti ini dapat mendatangkan sifat kemalasan dalam berfikir dan belajar, sehingga intelektual kecerdasannya tidak muncul dalam kehidupan sekolah. Hal inilah yang tengah dialami kebanyakan peserta didik disekolah, sehingga jumlah peserta didik dengan tingkatan IQ rendah semakin melimpah ruah.
Tahukah anda bahwa tingkat kecerdasan seseorang dinilai dari seberapa tinggi hasil tes IQ-nya? Lantas bagaimana dengan anda, jika konsep belajar anda tidak diperkuat sejak dini, bahkan mata pelajaran matematika yang sangat berpengaruh terhadap kecerdasan intelektual anda justru anda acuhkan?  mungkin istilah “IQ jongkok” akan segera menghampiri anda di kalangan antar peserta didik.
Howard Gardner mencestuskan sebuah pandangan mengenai kecerdasan berganda. Gardner menyebutkan, bahwa manusia bukan merupakan sebuah konsep tunggal atau bersifat umum, namun merupakan set-set kemampuan yang spesifik dan berjumlah lebih dari satu, yang semuanya merupakan fungsi dari bagian-bagian otak yang terpisah serta merupakan hasil dari evolusi manusia selama jutaan tahun.
Gardner membagi kecerdasan manusia menjadi delapan kategori, antara lain : (1) Music-Rytmic & Harmonic, (2) Visual-Spatial (3) Verbal-Linguistic, (4) Logical Mathematical. (5) Bodily-Kinesthetic, (6) Intrapersonal, (7) Interpersonal, dan (8) Naturalistic.
Nah, maka terlihat bahwa salah satu penyebab anda memiliki intelektual kecerdasan yang baik adalah logika matematika yang anda miliki. Seseorang yang ahli dalam bidang matematika, jelas bahwa ia ahli untuk bidang lainnya. Sebab, bukankah matematika itu merupakan “The Queen of Sains”?, ya matematika merupakan ratunya dari segala ilmu pendidikan.
Logika Matematika merupakan cabang logika dan matematika yang mengandung kajian matematis logika, dan aplikasi kajian ini pada bidang-bidang lain diluar matematika. Adanya penguatan matematika pada diri peserta didik, akan membuat mereka berani dalam bertindak, cerdas dalam berfikir, dan inovatif dalam berkarya. Logika matematika ini, sangat berpengaruh terhadap kemajuan berfikir peserta didik. Sehingga banyaknya peserta didik dengan tingkatan IQ rendah akan semakin berkurang, dengan disokongnya “Berani belajar ilmu pengetahuan logika matematika” yang semakin diperkuat dan dibudidayakan dikalangan peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar